i Halaman Judul
Halaman judul berisi judul, sub judul, penulis, dan lembaga dimana peneliti atau penulis bernaung.
ii Lembar Persetujuan
Lembar persetujuan adalah rekomendasi atau persetujuan dari dosen
pembimbing bagi penulisan skripsi, thesis atau disertasi, atau lembar
persetujuan dari kepala/pimpinan lembaga dimana penulis bernaung.
iii Abstraksi
Gambaran singkat dari keseluruhan hasil karya ilmiah beserta penjelasan
dimana dan bagaimana karya ilmiah itu dilaksanakan. Dalam penulisan
abstraksi dibedakan dengan tulisan keseluruhan. Abstraksi biasanya
hurufnya lebih kecil, formatnya lain dibanding isi tulisan,
penempatannya di halaman depan setelah judul.
iv. Kata Pengantar
Kata pengantar dari penulis karya ilmiah untuk mengantarkan apa yang akan dibahas dalam karya ilmiah tersebut.
v. Daftar Isi
Memuat judul-judul isi tulisan lengkap dengan halaman dimana judul
tersebut dimuat. Daftar isi ini memudahkan pembaca untuk mengetahui apa
saja yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut.
vi. Daftar Tabel (tentatif)
Berupa pemuatan judul-judul dari tabel-tabel (jika ada), yang dipakai
untuk melengkapi data dalam tulisan karya iiflmiah. Sama seperti daftar
isi, daftar tabel juga menunjukkan dihalaman berapa tabel tersebut
dimuat.
vii. Daftar Gambar (tentatif)
Berisi daftar dari gambar-gambar yang dipakai untuk memperjelas data
dalam karya ilmiah. Penulisannya sama dengan daftar isi dan daftar
tabel.
viii.Daftar Lampiran (tentatif)
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berisi uraian secara singkat, jelas dan logis dari suatu kegiatan
ilmiah. Untuk menjelaskan alasan-alasan teoretik serta faktual, mengapa
permasalahan tersebut perlu dijawab melalui kegiatan penelitian.
Yang dimaksud dengan alasan teoretik adalah, penjelasan secara
konseptual aspek teori dari masalah penelitian. Apakah masih urgen dan
relevan, serta untuk mengetahui sejauh mana penelitian yang akan
dilakukan itu memberikan pilihan jawaban atau pemecahan terhadap masalah
penelitian.
Alasan faktual, adalah alasan yang mencangkup dukungan data, informasi,
dan fenomena yang memperkuat adanya suatu kesimpulan bahwa masalah
penelitian tersebut sangat fleksibel serta berbobot untuk diiteliti.
Rumusan Masalah
Adalah pertanyaan kritis atau argumentasi yang fleksibel yang diambil
intinya dari pernyataan atau statement umum dari masalah penelitian.
Sebagaimana tercantum dalam latar belakang masalah. Rumusan masalah
selalu dibuat dalam bentuk pernyataan yang dapat dioperasionalkan dalam
suatu penelitian.
Tujuan Penelitian
Adalah uraian ringkas serta jelas tentang tujuan apa yang hendak dicapai
dalam penelitian tersebut. Untuk membuat tujuan penelitian yang lebih
mudah dan terarah. Dapat dikaitkan dengan content serta kontek tujuan
dengan permasalahan penelitian. Misalnya, masalah penelitian adalah
“Sejauhmana masyarakat memahami arti demokrasi di era reformasi ini”,
maka tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui sejauhmana masyarakat
memahami arti demokrasi saat ini.
Manfaat Penelitian
Uraian tentang manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis,
yang benar-benar dapat disumbangkan dari hasil penelitian ini. Misalnya,
untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap demokrasi yang kini
tengah berlangsung di Indonesia.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini menguraikan hubungan teori yang diterapkan dalam penelitian. Teori tersebut berupa:
Landasan Teori
Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, batasan dan proposisi
yang dapat menyajikan suatu pandangan sistematis, tentang fenomena dalam
penelitian dengan merinci hubungan-hubungan antarvariabel. Yang
bertujuan menjelaskan serta memprediksikan fenomena tersebut.
Hipotesis Penelitian (tentatif)
Hipotesis adalah kesimpulan sementara kerangka pemikiran dari seorang
peneliti. Hipotesis biasanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari dua
variabel atau lebih yang menyatakan hubungan sebab akibat. Hipotesis
dapat dianggap sebagai kesimpulan sementara, yang dihasilkan dari
renungan-renungan ataas dasar pertimbangan yang masuk akal.
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Definisi Konsep & Operasionalisasi Variabel
3. Populasi & Sampel Penelitian
4. Jenis, Sumber dan Teori Pengumpulan Data
5. Teknik Analisis/Pengujian Hipotesis (tentatif)
BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
2. Deskripsi Hasil Penelitian
3. Pengujian Hipotesis (tentatif)
4. Interpelasi Hasil Pengujian Hipotesis (tentatif)
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
(http://duniateknologidaninfrastruktur.blogspot.com/2011/05/sistematika-penulisan-karya-ilmiah.html)
Selasa, 11 Desember 2012
Perbedaan Antara Kontekstual dan Konseptual
Pendahuluan
Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna bahasa, perkembangan dan perubahannya. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata) (Fatimah, 1993: 5). Dalam kajian semantik, terdapat berbagai aspek makna yang dapat dianalisis, seperti permasalahan tentang makna, ragam makna, relasi makna, perubahan makna dan penamaan. Permasalahan tersebut akan muncul ketika seseorang mulai untuk mempelajarinya lebih dalam. Dalam hal objek yang dibahas adalah tentang ragam makna yang jenis-jenisnya begitu banyak.
Sarwiji (2008: 68) mengungkapkan berbagai macam makna yang ada dalam ragam makna diantaranya makna leksikal, gramatikal, struktural, konstruksi, kontekstual, konseptual, kognitif, deskriptif, ideasional, referensial, asositif, pusat, luas, sempit, intensional, ekstensional, denotatif, konotatif, hakikat, afektif, emotif, klokatif, idiomatikal, kiasan, stilistika, proposisional, piktoial, gereflekter, tematis, kata dan makna istilah. Banyak orang yang belum paham benar dengan perbedaan ragam-ragam makna. Perlu penjelasan yang lebih rinci agar masyarakat dapat mengetahui perbedaan dan penggunaan makna dalam bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini akan diperjelas apa yang dimaksud dengan makna kontekstual, dan makna konseptual. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui jelas perbedaan-perbedaan dari makna-makna tersebut. Sehingga, masyarakat pun akhirnya tahu penggunaan dan mampu mengidentifikasi dalam pengajaran bahasa Indonesia termasuk dalam golongan makna manakah sebuah kajian kebahasan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan
1. Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya (Preston, 1984:12).
Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya (2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah terdapat pada kalimat berikut.
a. Kaki adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b. Nenek mencari kayu bakar di kaki gunung.
c. Pensilku terjepit di kaki meja.
d. Jempol kakinya bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a), kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’. Kata kaki pada hakikatnya, mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek. Tetapi, dalam penggunaa kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
2. Makna Konseptual
a. Makna Konseptual
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun (1994: 293).
Dapat dikatakan pula bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni ‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya (Sarwiji, 2008:73). Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut akan berubah.
b. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Sarwiji (2008:73) juga menggambarkan bahwa makna konseptual bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif sendiri merupakan makna yang lugas, dasar dan apa adanya. Chaer mengartikan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif mengacu makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem (1994: 292).
Jadi, makna denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos, asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar. Lawan makna denotatif adalah makna konotatif, yang lebih mengandung nilai rasa emotif dalam penggunaannya.
Contoh makna denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai ‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Dalam blognya Susilo mengungkapkan juga, bahwa makna konseptual sama dengan makna denotatif dan referensial. Sedangkan makna denotatif sama artinya dengan makna konseptual.
Makna refensial adalah makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya (Dwi, 2008). Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Referensi menunjuk hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa (Sarwiji, 2008:75). Sehingga harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama, yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna Konseptual sama artinya dengan makna denotatif. Makna Denotatif adalah makna asli atau sebenarnya yang dimiliki sebuah kata, sehingga makna denotatif sama dengan makna leksikal (Rini Eka, 2008). Makna leksikal adalah makna leksem atau kata yang diartikan ketika tidak dipengaruhi konteks atau saat leksem tersebut berdiri sendiri.
Makna leksikal merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini, sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal, konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna denotatif, makna referensial, dan makna leksikal.
Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual sama artinya dengan makna denotatif, makna referensial, dan makna gramatikal.
2. Saran
Pendalaman sebuah ragam makna sangat penting dalam proses pemahaman bahasa, terutama bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia tahu tentang makna kebahasaan secara lebih jelas dan gamblang. Sehingga, masyarakat tidak asing dan mampu membedakan dan memilah-milah ragam makna tersebut.
Untuk itu, penulis menyarankan agar masyarakat Indonesia mau mencintai dan mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam sebagai rasa patriotisme terhadap bangsa. Mau membaca dan mau mempelajari kajian bahasa Indonesia terutama pada kajian semantik atau ilmu makna. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa mengidentifikasi ragam makna dalam bahasa Indonesia dan padanaannya. Terutama mampu memahami makna kontekstual dan makna konseptual.
(http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/)
Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna bahasa, perkembangan dan perubahannya. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata) (Fatimah, 1993: 5). Dalam kajian semantik, terdapat berbagai aspek makna yang dapat dianalisis, seperti permasalahan tentang makna, ragam makna, relasi makna, perubahan makna dan penamaan. Permasalahan tersebut akan muncul ketika seseorang mulai untuk mempelajarinya lebih dalam. Dalam hal objek yang dibahas adalah tentang ragam makna yang jenis-jenisnya begitu banyak.
Sarwiji (2008: 68) mengungkapkan berbagai macam makna yang ada dalam ragam makna diantaranya makna leksikal, gramatikal, struktural, konstruksi, kontekstual, konseptual, kognitif, deskriptif, ideasional, referensial, asositif, pusat, luas, sempit, intensional, ekstensional, denotatif, konotatif, hakikat, afektif, emotif, klokatif, idiomatikal, kiasan, stilistika, proposisional, piktoial, gereflekter, tematis, kata dan makna istilah. Banyak orang yang belum paham benar dengan perbedaan ragam-ragam makna. Perlu penjelasan yang lebih rinci agar masyarakat dapat mengetahui perbedaan dan penggunaan makna dalam bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini akan diperjelas apa yang dimaksud dengan makna kontekstual, dan makna konseptual. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui jelas perbedaan-perbedaan dari makna-makna tersebut. Sehingga, masyarakat pun akhirnya tahu penggunaan dan mampu mengidentifikasi dalam pengajaran bahasa Indonesia termasuk dalam golongan makna manakah sebuah kajian kebahasan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan
1. Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya (Preston, 1984:12).
Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya (2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah terdapat pada kalimat berikut.
a. Kaki adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b. Nenek mencari kayu bakar di kaki gunung.
c. Pensilku terjepit di kaki meja.
d. Jempol kakinya bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a), kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’. Kata kaki pada hakikatnya, mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek. Tetapi, dalam penggunaa kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
2. Makna Konseptual
a. Makna Konseptual
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun (1994: 293).
Dapat dikatakan pula bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni ‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya (Sarwiji, 2008:73). Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut akan berubah.
b. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Sarwiji (2008:73) juga menggambarkan bahwa makna konseptual bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif sendiri merupakan makna yang lugas, dasar dan apa adanya. Chaer mengartikan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif mengacu makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem (1994: 292).
Jadi, makna denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos, asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar. Lawan makna denotatif adalah makna konotatif, yang lebih mengandung nilai rasa emotif dalam penggunaannya.
Contoh makna denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai ‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Dalam blognya Susilo mengungkapkan juga, bahwa makna konseptual sama dengan makna denotatif dan referensial. Sedangkan makna denotatif sama artinya dengan makna konseptual.
Makna refensial adalah makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya (Dwi, 2008). Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Referensi menunjuk hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa (Sarwiji, 2008:75). Sehingga harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama, yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna Konseptual sama artinya dengan makna denotatif. Makna Denotatif adalah makna asli atau sebenarnya yang dimiliki sebuah kata, sehingga makna denotatif sama dengan makna leksikal (Rini Eka, 2008). Makna leksikal adalah makna leksem atau kata yang diartikan ketika tidak dipengaruhi konteks atau saat leksem tersebut berdiri sendiri.
Makna leksikal merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini, sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal, konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna denotatif, makna referensial, dan makna leksikal.
Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual sama artinya dengan makna denotatif, makna referensial, dan makna gramatikal.
2. Saran
Pendalaman sebuah ragam makna sangat penting dalam proses pemahaman bahasa, terutama bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia tahu tentang makna kebahasaan secara lebih jelas dan gamblang. Sehingga, masyarakat tidak asing dan mampu membedakan dan memilah-milah ragam makna tersebut.
Untuk itu, penulis menyarankan agar masyarakat Indonesia mau mencintai dan mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam sebagai rasa patriotisme terhadap bangsa. Mau membaca dan mau mempelajari kajian bahasa Indonesia terutama pada kajian semantik atau ilmu makna. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa mengidentifikasi ragam makna dalam bahasa Indonesia dan padanaannya. Terutama mampu memahami makna kontekstual dan makna konseptual.
(http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/)
Euforia Menyambut Jokowi
JAKARTA–Euforia kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilkada DKI Jakarta terus berlanjut. Berbagai macam dan ragam masyarakat turut bersuka ria menyambut terpilihnya Gubernur DKI Jakarta yang baru, Jokowi.
Masyarakat Sukoharjo ikut dilanda euforia mendadak. Hal tersebut terjadi menanggapi atas kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta.
Pantauan di sejumlah titik di Kabupaten Sukoharjo terlihat banyak masyarakat yang melihat penghitungan suara hasil Pilgub DKI Jakarta melalui televisi sejak siang. Begitu mengetahui kemenangan pasangan Jokowi-Ahok banyak masyarakat langsung meluapkan kegembiaraanya.
Kemenangan Jokowi dan Ahok dalam perhitungan cepat Pemilukada Gubernur DKI Kamis pekan lalu tidak hanya dirayakan oleh para pendukungnya di Jakarta. Kegembiraan juga dirasakan oleh warga Indonesia di Bern, Swiss, yang merindukan pemimpin yang merakyat.Rasa gembira WNI di negara ini diwujudkan dengan acara piknik bersama di Gurten, sebuah taman indah di pusat kota Bern pada Minggu, 23 September 2012. Acara kumpul-kumpul dan makan-makan ini dihadiri oleh anggota Bernindo (Warga Indonesia di Bern), PPI Swiss dan warga setempat.
Situs berita Inggris, BBC pada 20 September 2012 juga memberitakan tentang kemenangan Jokowi. Dalam artikel berjudul, "Joko Widodo leads Jakarta governor elections", media tersebut menyebut pria Solo memposisikan diri sebagai sosok yang "merakyat".
Kabar kemenangan Jokowi juga berhembus sampai Pakistan. Pakistan Observer, mengutip Reuters, menyebut, Jokowi harus menyelesaikan sejumlah masalah perkotaan sesuai dengan janjinya. Apalagi kemenangannya adalah wujud kekecewaan pada pemerintah yang lalu.
Sehari sebelum putaran kedua, Kamis 20 September 2012 lalu, media ternama Amerika Serikat, New York Times memuat artikel berjudul, "Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election", yang memotret perjalanan Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta. Dari keunggulannya di atas pasangan incumbent hingga pertarungan "Gajah vs Semut", dua partai pendukung Jokowi-Ahok melawan partai-partai besar pendukung Foke-Nara. "Di Indonesia, negara di mana politisi seringkali berasal dari kalangan elit yang terkait dengan mendiang Presiden Soeharto dan kekuatan militer, Jokowi muncul mewakili generasi baru politisi," demikian dimuat New York Times mengutip pernyataan sejumlah analis.
(http://www.solopos.com/2012/09/30/pilgub-dki-pasoepati-jabodetabek-rayakan-kemenangan-jokowi-334392)
(http://krjogja.com/read/143830/masyarakat-sukoharjo-dilanda-euforia-kemenangan-jokowi-ahok.kr) (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/353715-kemenangan-jokowi-dirayakan-hingga-ke-swiss) (http://analisis.news.viva.co.id/news/read/353466-sosok--ndeso--jokowi-mendunia)
Langganan:
Postingan (Atom)